Produktivitas Diri

Bukan seberapa banyak waktu yang digunakan tetapi tentang seberapa waktu yang berhasil diberdayagunakan

Gregorius agung dalam bukunya Extreme Productivity 39 Cara Logis Meningkatkan produktivitas Diri. Disebutkan Pablo Ruiz Picasso seorang pelukis Spanyol yang berkarya di Perancis, yang 3 karya masuk dalam 10 lukisan termahal didunia menurut sebuah situs internet. Dan, total nilai dari ketiganya sekitar $ 300 juta. Akan tetapi dibalik semua kemewahan dan ketenaran itu ternyata selama hidupnya Picasso berhasil membuat 10 ribu lukisan, 100 ribu karya cetak, 34ribu illustrasi, dan ratusan lagi karya patung, keramik, dan penuh aktivitas di dunia teater dan politik.

Namun ternyata Picasso hanya melukis dari pagi hingga tengah hari. Lantas, sisa harinya digunakan untuk makan, tidur siang, berenang atau menonton pertandingan matador. Meski waktu yang digunakanya sedikit namun produktivitasnya sungguh luar biasa.

Rata-rata dalam sehari Picasso mampu membuat 6-8 lukisan. Tentu dibutuhkan ketekunan dan daya tahan yang luar biasa sehingga produktivitas yang demikian dapat tercapai. Tidak bisa melukis hanya saat lagi mood  atau saat sedang dapat inspirasi saja. Karena ternyata juga sebelum Picasso menjadi terkenal ia bias menghabiskan waktu hingga malam hari dan rela membakar ratusan lukisannya untuk menghangatkan diri ketika musim dingin menyerang.

Menjadi Guru

Meski sempat beberapa kali ada yang nanya “abang kenapa gak jadi guru aja?”. Tapi hingga menulis tulisan inipun belum pernah terfikirkan hal itu. Menjadi guru, menjadi pendidik.

Buatku guru itu masih merupakan pekerjaan yang melangit. Mendidik itu berarti menghasilkan karakter-karakter yang lebih baik dan berguna. Bukan sekedar menjadikan seseorang berilmu dari yang sebelumnya tidak tahu. Prosesnya karakterisasi ini yang tidak mudah.  Butuh waktu dan totalitas yang besar dibanding hanya menjadi tenaga pengajar.

Makanya, guru yang sakti itu tinggalnya di dalam hutan, tua dan berjenggot putih panjang. Kalau menurut cerita hindu klasik, guru itu mesti seorang brahmana (kasta tertingggi hindu), jadi kita yang cuma ksatria dan dibawahnya gak bisa jadi guru.

Di era klasik seperti itu memang posisi guru sangat dihormati. Termasuk di era pendidikan Islam masuk ke Indonesia (sistem pesantren). Betapa seorang kiyai begitu dihormati dan disegani.

Sekarang jika ditilik dinamika kekiniannya, seolah sudah terjadi pergeseran makna dan tradisi. Guru sebagai orang sakti itu harus berhadapan dengan realitas, bahwa ia harus melanjutkan hidup dan menghidupi keluarga. Mandragunanya senipis berganti dengan pragmatisme.

Kita boleh lihat sekolah hari ini begitu mudah memanggil orangtua murid dan menyatakan tak sanggup lagi membina binaannya yang menakal itu. Sekolah seolah menjadi pabrik produk masal hanya menerima siswa yang sesuai standar dan meluluskan sesuai standar juga. Mereka tak sanggup mengolah produk-produk dengan spesifikasi khusus yang tak ada di buku manual.

Bukankah Tuhan sendiri tidak menciptakan manusia sebagai makhluk yang standar. Dan, sudah menjadi tugas pendidik untuk mendidik seperti apapun rupaneka didikanya, menemukan potensi yang mereka miliki, dan mengembangkan potensi tersebut. So, mungkin kalau ada orang yang dikatakan gagal sejatinya mereka gagal menemukan atau ditemukan oleh guru yang baik.

 

Catatan dari generasi yang kehilangan teladan

Generasi yang hebat adalah generasi yang mampu menghasilkan generasi yang lebih hebat lagi

Ditulis 9/6/16 miladiah, diselesaikan 26/9/37 hijriah

 

Tobat dari Kurikulum 2013 dan Lenyapnya Pelajaran Teknologi Informasi Komunikasi

Entah apa yang ada dibenak menteri pendidikan nasional (Muhammad Nuh) saat menerapkan kurikulum 2013. Saya pun baru ngeh akan hal ini saat melihat jadwal matapelajaran adik saya beberapa waktu lalu. Yang saya maksud disini adalah dihapuskanya mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau KKPI. Meskipun menteri Anies Baswedan sudah menghentikan penerapan kurikulum 2013 namun sebagian sekolah yang sudah terlanjur menggunakan kurikulum 2013 masih banyak yang belum menghentikanya.

Ternyata setelah ditelusuri, beberapa alasan yang terungkap mengapa TIK/KKPI hilang dari Kurikulum 2013 ketika dialog dengan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (WAMEN) bidang Pendidikan dan Perwakilan PUSKUR (Pusat Kurikulum dan Perbukuan) diantaranya :

  1. “Anak TK dan SD saja sudah bisa internetan…”
  2. TIK / KKPI bisa integratif (terintegrasi) dengan mata pelajaran lain
  3. Pembelajaran sudah seharusnya berbasis TIK (alat bantu guru dalam mengajar), bukan TIK/KKPI sebagai Mata Pelajaran khusus yang harus diajarkan
  4. Jika TIK/KKPI masuk struktur kurikulum nasional maka pemerintah berkewajiban menyediakan Laboratorium Komputer untuk seluruh sekolah di Indonesia, dan pemerintah tidak sanggup untuk mengadakannya
  5. Banyak sekolah yang belum teraliri LISTRIK, jadi TIK/KKPI tidak akan bisa diajarkan juga disekolah

Begitukah?

  1. “Anak TK dan SD saja sudah bisa internetan…”

Memangnya TIK Cuma ngajari cara pakai komputer dan internet. Bisa pun anak TK dan SD pakai internet mereka cuma buat main game, aplikasi dan fungsi komputer lain anak-anak pada belum ngerti. Dan kesan mentalitas yang buat kurikulum ini mental-mental user, mental-mental konsumen, yang taunya teknologi dan ilmu cuma gimana bisa pakainya doang. Gak ada mainsetnya buat pengembangan apa lagi menciptakan. Gimana negara mau maju kalau gak punya mainset inovasi.

  1. TIK / KKPI bisa integratif (terintegrasi) dengan mata pelajaran lain

Pertanyaanya pelajaran mana yang bisa diintegrasikan dengan TIK. Matematika, fisika, penjaskes, atau agama atau apa? Komputer sains itu konsepnya beda, jadi kalau diintegrasikan ke pelajaran lain jelaslah gak akan dapat tujuan dari TIKnya.

  1. Pembelajaran sudah seharusnya berbasis TIK (alat bantu guru dalam mengajar), bukan TIK/KKPI sebagai Mata Pelajaran khusus yang harus diajarkan

Kelihataan sekali pemahaman TIKnya cuma sebagai alat bantu mengajar. Padahal kalau buat ngajar anak sekolah gak pakai computer aided pun anak-anak udah paham. Computer aided itu lebih berguna dibidang lain semisal engineering yang desain dan analisis maupun permesinannya butuh pakai computer, atau desainer grafis, atau bagian finansial dan ekonomi, atau para ilmuan dan banyak bidang lainya.

Kalau dilihat secara parsial gak masalah guru sekolah mau ada atau gak TIK di sekolahanya. Tetapi secara sistemik output sekolah mau tak mau harus ditampung oleh perguruan tinggi. nah, kalau dasar-dasarnya gak dipahami apakah dosenya nanti yang mesti ngajarin.

  1. Jika TIK/KKPI masuk struktur kurikulum nasional maka pemerintah berkewajiban menyediakan Laboratorium Komputer untuk seluruh sekolah di Indonesia, dan pemerintah tidak sanggup untuk mengadakannya
  2. Banyak sekolah yang belum teraliri LISTRIK, jadi TIK/KKPI tidak akan bisa diajarkan juga disekolah

Entah kurang faham teknologi informasi komunikasi atau seperti apa. TIK bukan cuma bagaimana cara menggunakan teknologi komputasi tetapi konsep teknologi komputasi sendiri juga tak kalah penting, dan mempelajari konsep komputasi tak melulu ada perangkat komputernya, bagaimana algoritma program dan seperti apa bahasa program bisa diajarkan tanpa fisik komputer sekalipun. Ya, sembari menunggu menyiapan dan pemerataan sarana dan prasarana tentunya. Yang terjadi justru sebaliknya, karena fasilitas tak merata justru kepentingan yang lebih besar dikorbankan. Kalau diprogramkan masalah sarana dan prasarana tentu bisa diatas dengan dana anggaran pendidikan yang cukup besar, kalau ditinggalkan yang ada daerah tertinnggal makin ketinggalan dari daerah yang sudah berkembang.

semoga pemerintah yang sekarang segera benar-benar insyaf dari kurikulum yang sesat ini, biar generasi mendatang tidak ikut-ikutan keblinger seperti ini.

Berdamai dengan OSPEK

Orientasi studi dan pengenalan kampus (OSPEK) sejatinya adalah pra perkuliahan dimana seorang mahasiswa baru akan diberikan pengarahan mengenai informasi perkuliahan dan kampus. OSPEK memiliki peranan penting karena sistem pembelajaran di kampus dan di sekolah jauh berbeda. Inti dari OSPEK adalah pengenalan sistem perkuliahan, kegiatan praktikum yang akan dilalui, pengenalan berbagai fasilitas kampus, dan pengenalan berbagai kegiatan kemahasiswaan yang ada. Masa perkuliahan adalah saat dimana seorang calon intelektual disiapkan dan OSPEK merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses tersebut.

Orintasi studi atau orientasi siswa yang dulunya hanya terjadi di tingkat perguruan tinggi, kini sudah diterapkan pada level pendidikan dibawahnya, yaitu tingkat SMA dan tingkat SMP. Belakangan ini Orientasi siswa tengah menjadi suatu polemik nasional karena banyak sekali penyimpangan yang terjadi. Beberapa tindak penyimpangan yang terjadi diantaranya intimidasi, pelecehan, tawuran, kekerasan dan bahkan berujung pada kematian terjadi pada masa orientasi siswa atau yang saat ini disebut MOPD (Masa Orientasi Peserta Didik). Walaupun menuai banyak kritik dan polemik pada kenyataanya kegiatan ini terus berulang setiap tahunnya meskipun mendapat kecaman dari berbagai pihak.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sendiri sudah melarang praktek perpeloncoan ini melalui  Permendikbud No. 55 Tahun 2014. Bahkan menteri Anies Baswedan telah mengeluarkan surat edaran No. 59389/MPK/PD/Tahun 2015 yang berisi larangan keras praktik yang menjurus perpeloncoan, pelecehan, dan kekerasan terhadap peserta didik baru, baik secara fisik maupun psikologi. Tak berhenti disitu saja mendikbud juga menyediakan laman pelaporan tindakan penyimpangan orientasi siswa bagi orang tua maupun peserta didik melalui website http://mopd.kemdikbud.go.id, atau menyampaikan langsung melalui dinas pendidikan setempat.

Segala bentuk penindasan yang dialami peserta didik mau tak mau harus diterima. dan kemudian penindasan ini menjadi budaya yang mewarnai dunia pendidikan. Budaya penyimpangan itu menghasilkan rantai dendam yang akan diteruskan turun-temurun. Sehingga wajar jika hari OSPEK menjadi sebuah budaya yang sudah mengakar kuat dalam pendidikan di Indonesia. Sebuah budaya yang dianggap sebagai jalan terbaik dalam menghasilkan mentalitas yang kuat, kekompakan, disiplin dan rasa solidaritas yang tinggi.

Sejatinya, nilai-nilai yang selalu di orasikan para senior kepada juniornya saat orientasi hanyalah sebuah kedok untuk melegalkan tindak penyimpangan. OSPEK adalah sebuah budaya yang gagal. Mental yang kuat tidak akan terbentuk dalam beberapa hari dan dengan penindasan. Penindasan hanya akan menghasilkan ketakukan dan melemahkan inisiatif seseorang. Sehingga tidak heran jika hari ini mahasiswa mulai kehilangan kekuatanya dalam mengkritisi aktif pemerintah serta menanggapi isu-isu sosial yang terjadi disekitarnya. OSPEK hanya menghasilkan orang-orang bermental pragmatis dan cenderung takut untuk berjuang apalagi memperjuangkan orang lain.

Kedisiplinan merupakan proses berkelanjutan yang diuji melalui waktu yang panjang. OSPEK hanya menghasilkan budaya “asal bapak senang”. Semua yang dilakukan hanya untuk memenuhi keinginan pimpinan saja.

Kehormatan terhadap senior tidak akan tercipta dari pelecehan yang dilakukan oknum senior. Sebaliknya para junior hanya akan takut pada senior. Dampak negatifnya adalah jika senior sudah tidak memiliki kekuasanya atau kelemahanya terlihat oleh junior, senior tersebut tidak akan di hargai lagi oleh juniornya. Bagi junior sendiri rasa takut akan menyebabkan seseorang kehilangan kepercayaan diri, bahkan untuk menyampaikan kebenaran. Maka jangan heran jika dalam dunia kerja para sarjana yang dihasilkan dari sistem pendidikan kita tidak akan berani untuk mengungkap kecurangan di lembaga tempatnya bekerja. Hal ini karena budaya takut terhadap orang yang lebih senior sudah ditanamkan.

Kekompakan dan solidaritas tidak akan dihasilkan oleh proses yang singkat. Namun kebersamaan yang terjalin secara intens seiring waktu yang akan menumbuhkan kekompakan dan kebersamaan.

Lalu, model manusia seperti apakah yang hendak dihasilkan oleh perguruan tinggi jika masa perkenalan kuliah saja sudah dihadapkan dengan kondisi seperti ini. Apakah pembodohan yang terjadi akan mampu menghasilkan para intelektual berkualitas.

Belakangan ini terjadi beberapa kasus bunuh diri yang terjadi di kalangan mahasiswa. Tindak bunuh diri ini membuktikan betapa rendahnya mental mahasiswa hari ini yang tidak mampu bertahan dengan tekanan hidup selain itu, ini juga membuktikan miskinya kepedulian diantara mahasiswa sehingga tidak menyadari teman atau orang disekitarnya sedang dirundung masalah yang berat. Dan dalam kasus ini dipastikan para oknum OSPEK akan buang badan merasa mentalitas dan solidaritas mahasiswa yang lantang mereka suarakan dulu, bukan tanggung jawabnya.

Praktik OSPEK yang umumnya dilakukan bertujuan untuk membentuk mental siswa, menciptakan displin diri, dan membangun kekompakan serta semangat solidaritas. Ini merupakan nilai-nilai penting terutama saat ini dimana individualisme sedang menjangkiti pemuda di Indonesia. Solidaritas penting dalam menipiskan kesenjangan antara siswa dari kalangan kaya dengan siswa dari kalangan kurang mampu. Kedisiplinan penting dalam mendukung era yang semakin kompetitif saat ini.

Apakah penyimpangan dalam OSPEK bisa dihentikan?

Meskipun banyak penyimpangan yang terjadi OSPEK sangat sulit untuk dihilangkang, karena banyak hal yang sejatinya dipelajari seorang mahasiswa baru saat kegiatan tersebut. Pada level sekolah, MOS dapat diatasi dengan mengambil alih penyelenggaraan MOS kepada para guru. Namun pada level kampus dosen tidak akan bisa mengambil alih penyelenggaraan OSPEK. Di kampus senior punya andil lebih besar terhadap juniornya, karena para seniorlah yang menjadi asisten mereka dalam  penyelenggarakan kegiatan praktikum juniornya.

Dalam budaya yang sudah mengakar ini senior yang lebih tua juga punya andil dalam mempertahankan sistem yang sudah ada. Dan yang paling penting adalah rendahnya pemantauan dosen dan tidak ada kontrol model bimbingan konseling seperti di sekolah. Sehingga meskipun pemerintah mencoba mengatur OSPEK sedemikian rupa selalu ada celah bagi oknum mahasiswa untuk melalukan kegiatan semacam OSPEK bahkan di luar masa OSPEK itu sendiri. Mungkin kebanyakan orang di luar lingkungan mahasiswa tidak banyak yang tahu, akan tetapi tindakan OSPEK liar ini acap kali terjadi di berbagai kampus di Indonesia dan merupakan sebuah sistem yang berkelanjutan setiap tahunnya.

Jalan terbaik memutus mata rantai OSPEK menyimpang ini adalah menumbuhkan kesadaran di kalangan mahasiswa itu sendiri. Kesadaran bahwa tidak pelecehan, kekerasan dan deskriminasi sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman, kesadaran bahwa kemajauan dan rasa solidaritas dapat diwujudkan dengan rantai kasih-sayang. Pada akhirnya selepas masa OSPEK, seorang mahasiswa harus mampu berdiri tegap penuh kebanggan sebagai salah satu putra-putri terbaik yang dimiliki bangsa ini.

Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat

“Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat”

Ini adalah kalimat penuh inspirasi yang dicetus oleh HOS Tjokroaminoto. Kata mutiara ini merupakan gambaran perjuangan masa itu, bahwa perjuangan dilakukan dengan menyatukan ketiga unsur ini, Ilmu, tauhid dan siasat.

Tidak banyak catatan buku sejarah di sekolahan yang menceritakan perjuangan Tjokroaminoto. Sehingga wajar saja kalau banyak generasi muda kurang mengenalnya. Padahal perjuangan Tjokroaminoto sangat menarik untuk disimak dan diteladani. Boleh jadi ada kepentingan politik tertentu rezim lalu yang tidak menginginkan ideologi yang dijujungnya berkembang.  Namun penampilan film Guru bangsa Tjokroaminoto telah cukup untuk menggambarkan perjuanganya di era itu.

Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto lahir di Madiun 16 Agustus 1882. Tjokro adalah anak kedua dari RM Tjokroamiseno yang merupakan pejabat pemerintah saat itu. Sebagai seorang anak bangsawan jawa Tjokroaminoto berhasil menyelesaikan pendidikan di OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren), sekolah untuk pejabat pemerintahaan.

HOS Tjokroaminoto adalah seorang muslim yang taat sehingga ia mampu berhaji. Ia juga sangat nasionalis tidak seperti tokoh pahlawan nasional yang memiliki ideologi islam yang kuat lain, yang umumnya tampil dengan sorban. Tjokro memilih tampil dengan peci hitam dan mempopulerkan peci sebagai salah satu busana nasional.

Era awal 1900an adalah masa dimana perlawanan rakyat nusantara mulai surut. Semangat Tjokroaminoto untuk tidak tunduk kepada belanda tidak berhenti. Penidasan pemerintah kolonial secara ekonomi dan politik mengusiknya. Salah satu pernyataan Tjokroaminoto yang cukup terkenal adalah, “Negara dan bangsa kita tidak akan mencapai kehidupan yang adil dan makmur, pergaulan hidup yang aman dan tentram selama ajaran-ajaran Islam belum dapat berlaku atau dilakukan menjadi hukum dalam negara kita, sekalipun sudah merdeka”. Disini Tjokro berfikir jauh kedepan ketika sebuah bangsa masih mencari siapa dirinya. Dalam petikan lainya Tjokroaminoto juga mengatakan, “Tidak bisa manusia menjadi utama yang sesungguhnya, tidak bisa manusia menjadi besar dan mulia dalam arti kata yang sebenarnya, tidak bisa ia menjadi berani dengan keberanian yang suci dan utama, jikalau ada banyak barang yang ditakuti dan disembahnya. Keutamaan, kebesaran, kemuliaan dan keberanian yang sedemikian itu hanyalah bisa tercipta karena ‘tauhid’ saja”.

Dalam mewujudkan perjuanganya Tjokroaminoto bergabung dengan Serikat Dagang Islam (SDI) pimpinan H.Samanhudi pada 1912. Kehadiran Tjokro di SDI semakin membuat SDI disukai rakyat. Selanjutnya SDI berubah menjadi Serekat Islam (SI). Di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto SI semakin berkembang pesat. Di lain pihak Ini justru membuat Belanda merasa terancam dengan kehadiran Tjokroaminoto. Bahkan Tjokro pernah ditangkap Belanda pada tahun 1921 walaupun akhirnya dibebaskan setahun kemudian.

Tjokoaminoto memiliki banyak murid yang berguru kepadanya. Mereka dari berbagai daerah dan tinggal(ngekos) di rumah Tjokroaminoto dan didikan-didikan Tjokroaminoto inilah yang kemudian menjadi pemimpin-pemimpin bangsa di masa berikutnya. Tiga Muridnya yang paling perpengaruh adalah Sukarno, Semaun dan Kartosowirjo.

Kisah guru dan ketiga muridnya ini adalah cerita yang menarik sekaligus memilukan. Tjokroaminoto berhasil menamkan cita-cita kemerdekaan kepada ketiga murid ini. Namun ideologi yang dimiliki ketiganya cukup bertentangan. Sukarno dengan ideologi nasionalis yang berfikir semua pemikiran bisa hidup berdampingan. Semaun dengan Ideologi sosialis/komunis yang cenderung radikal. Dan Kartosuwirjo dengan paham Islam. Semaun mulai bertentangan dengan sang guru dengan membentuk (SI) merah yang cenderung lebih radikal, banyak pengaruh komunis yang diterima oleh Semaun. Pasca kemerdekaan yang diplokamirkan oleh Sukarno, Semaun kemudian mendirikan Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI kemudian di tuding bertanggung jawab dalam tragedi pemberontatan dan dibubarkan. Sementara itu Kartosuwirjo mendirikan Negara Islam Indonesia (NII). Setelah NII ditumpas Kartosuwijo dihukum mati pada tahun 1962.

Saya Tidak Kenal Siapa Olga

“Saya tidak mengenal siapa Olga itu, tetapi kepergian Olga membuat bumi ini berterima kasih karena di dunia ini pernah lahir seorang olga.” Demikian ungkap profesor kami di sela kuliah hari itu, kuliah hari itu memang tidak diisinya dengan materi tetapi beliau membirikan motivasi kepada kami.

Kita tidak pernah tau kapan kita akan dipanggil oleh Yang Maha Kuasa oleh karena siapapun kita mau itu masih mahasiswa sekalipun dan mau sekecil apapun yang dapat kita lakukan. Itu tetap bernilai ketika kita menjadi bermanfaat bagi orang lain. Mungkin Olga telah menginspirasi pak profesor hari itu untuk terus berkontribusi memberikan sumbangsihnya di sisa usianya bagi kemajuan pendidikan terutama membuka mindset berfikir mahasiswa hari ini yang terlalu pragmatis melihat situasi, terlalu hedonis jika berlebih dan terlalu pesimis jika kekurangan.

Ketika anda masih kuliah atau sekolah itu adalah saat yang tepat untuk berkontribusi bagi sekitar anda. Bukan persoalan kecil atau besar yang bisa anda perbuat tetapi bagaimana anda bisa melakukannya secara berkelanjutan. Dan anda tidak perlu khawatir apakah yang anda lakukan memberikan dampak atau tidak, mungkin tidak hari ini tapi yakinlah bahwa semangat anda akan diteruskan dan menjadi inspirasi bagi orang-orang disekitar anda.

Lets Act Lets contribution and be inspire

Bobo anak masa kini dan anak 1993

            Pagi ini saya tanpa ada rencana saya ngebrowsing http://bobo.kidnesia.com situs web nya bobo, ya majalah anak dengan tagline “teman bermain dan belajar”. Menyusuri laman bobo saya seolah bernostalgia ke masa sekitar 12 tahun yang lalu. Sejak awal lancar membaca saya sudah tertarik dengan anak ini, waktu itu beli bekas di pasar awalnya tidak diizinkan orang tua saya karena itu majalah udah basi, tapi karena saya ngerengek akhirnya dibelikan. Itulah awal mula saya baca bobo, saat itu harganya masih Rp 4.500,00,  terbit tiap kamis namun baru sampai di toko buku terdekat saya di hari sabtu. Saya beli pakai uang jajan sendiri, tapi tidak tiap minggu karena uang jajan seminggu gak mencukupi buat beli seminggu sekali. Bobo membuat wawasan masa SD saya berkembang, banyak pengetahuan dan hal-hal baru yang saya tahu dari bobo dan anak-anak seusia saya tidak tahu ketika itu, karena memang tidak banyak teman seusia saya yang sering baca bobo dan 12 tahun yang lalu akses informasi masih sulit terutama buat anak-anak.

            Bobo ketika itu masih masih masanya surat-menyurat, jadi kuis (sayembara) bobo dilakukan via pos, masi ada yang namanya sahabat pena, walaupun saya tidak memiliki sahabat pena sama sekali. Dan yang paling menarik buat saya adalah bonus dari majalah bobo, mulai dari rumah-rumahan sampai bibit tanaman pernah saya dapat. Cerita-cerita menarik dari negeri dongeng, paman kikuk, deni si manusia ikan, dll.

            Akhir kisah saya dengan bobo mungkin di sekitar kelas 5 SD bukan karena merasa udah gede atau apa. Tetapi karena harga bobo yang terus melambung sehingga membeli bobo menjadi sesuatu yang terlalu mewah buat saya ketika itu.

            Hari ini bobo yang saya lihat adalah media yang uptode sesuai masanya anak-anak saat ini mungkin. Anak-anak hari yang lahir diatas tahun mungkin diatas tahun 2005 mereka sudah mengenal internet dan social media lebih awal dari generasi sebelumnya. Begitu juga dengan bobo, bobo juga udah jago internetan. Kalau dulu Cuma bisa mengenal lewat surat anak-anak sekarang sudah bisa saling mengenal lewat bobo.kidnesia.com. membaca, menulis semua menjadi lebih praktis.

Bagaimanapun Bobo tetap suatu media yang mencerdaskan dan menginspirasi anak Indonesia .

MAHASISWA, REVOLUSI SETENGAH HATI

Ghaleeb Mumtaz

Mahasiswa sebenarnya bukanlah mereka yang hanya duduk santai di ruamg-ruang kotak perkuliahan. Karena negeri tidak butuh penonton.

Mahsiswa sebenarnya bukanlah mereka yang bangga berorasi turun ke jalan tanpa memikirkan hak penguna jalan. Karena negeri ini tidak butuh tukang pidato.

Mahasiswa sebenarnya bukanlah mereka yang giat belajar menjunjung IP selangit untuk diterima di perusahan multinasional. Karena negeri ini tidak akan pernah menanyakan seberapa tinggi indeks prestasimu.

Sahabatku,

mungkin kita telah bosan dengan kata pe-ru-ba-han itu, yang selalu didengungkan pemuda-pemuda yang katanya agent of change itu atau dari mulut politisi dan calon politisi negeri yang sibuk dengan pencitraan maupun simpatisasi. karena tidak ada perubahan apapun yang dapat dirasakan sampai saat ini. Pengangguran masih banyak, kemiskinan tak beranjak yang ada korupsi makin banyak. Dan gubuk reot dipinggir sana yang katanya sekolah itu kian hari kian miring saja…

sahabatku

Lalu.., apakah kau akan menumpahkan berita-berita buruk tentang negeri ini pada pemerintah dan lantas menghakimi mereka atau meneriaki mereka dengan kata mundur. Apa itu berefek pada negeri ini? Jawabanya tidak sama sekali.

karena yang dibutuhkan bagi bangsa ini adalah solusi bagi negeri bukanya masalah yang ditambah-tambahi. Jika seperti itu sama saja kau seperti menumpangi pedati yang jalanya terseok-seok dan ketika si sapi jalan mulai melambat karena kelelahan bukanya kau turun dan mendorong pedati itu agar lebih cepat tapi kau malah menghardi si sapi tua kurus itu.

Jika kita mau mencurahkan tenaga dan pemikiran kita, memberikan ide dan solusi bagi badai masalah yang tak pernah bosan menerpa negeri ini. Daripada sibuk mengkritisi ataupun berorasi didepan gedung instansi legislasi lebih baik kita analisi agar dapat memberikan solusi, bukankah itu lebih terpuji. Atau kita ajak pejabat terkait untuk duduk bersama membahas isu-isu bangsa ini dengan tentunya melibatkan juga pihak-pihak terkait atau pihak-pihak yang bersengketa dengan pemerintah, kita dapat jadikan diri kita khususnya mahasisawa sebagai falsitator antara pemerintah dengan rakyat. dan yakinlah kita tidak hanya akan menyelesaikan masalah tapi jauh lebih penting adalah langkah yang kita buat akan menginspirasi, menular dan mengalir ke anak-anak bangsa lainnya dan semangat itu akan memacu otak mereka untuk juga memberi solusi bagi negeri hingga pada akhirnya percayalah bahwa perubahan besar yang kita nanti akan datang. Karena untuk mencapai kejayaan negeri ini dibutuhkan uluran tangan, jerih payah dan keringat dari segenap bangsa ini.

Sahabatku

Mahasiswa dikenal terpelajar dan akademisi yang selalu membawa revolusi-revolusi penting sejak zaman pergerakan nasional hingga masa reformasi.

Dan hari ini mahasiswa itu adalah kita. Lalu revolusi apakah yang akan kita buat? Aku yakin tak semua mahasiswa saat ini peduli akan hal ini tapi ketahuilah perubahan itu selalu dimulai dari sesuatu yang kecil dari kelompok-kelompok kecil yang kemudian menular ke kelompok yang lebih besar dan akhirnya perubahan besar itu terjadi.

Sekarang apakah kita mau menjadi bagian dari change maker itu? Tak peduli apakah kau mau atau tidak karena kau hanya perlu percaya akan itu. Kita bisa lihat sejarah sekitar abad ke-7 di tanah yang kau injak saat ini berjaya negeri besar bernama Sriwijaya tujuh abad kemudian menjelang abad ke-14 kembali muncul negari besar yang bernama Majapahit dan hari ini di abad ke-21 ditanah itu kembali lahir bangsa bernama Indonesia. Akankah ia Berjaya seperti negeri-negeri terdahulu? Mungkin ini fakta sejarah yang belum shahih tapi jika kita lihat beberapa tahun terakhir negeri ini mulai kebal dengan yang krisis. Terbukti Indonesia termasuk salah satu Negara yang resisten terhadap krisis global sejak 2008 dan uni eropa sampai saat ini tak kunjung sembuh dari krisis ini. Tren ekonomi dunia pun kini beralih ke asia menurut seorang ahli setelah Cina dan India berikutnya adalah Indonesia. Masih ragu Indonesia akan maju? Seseungguhnya setiap umat itu memiliki batas, peradaban kapitalis juga memiliki batas dan menurut saya kemunduran mereka saat ini menunjukan mereka telah sampai di batas itu. Dan sekarang bagaimana dengan Indonesia? Sudah siapkah kita?

Sahabatku

Kejayaan Indonesia mutlak akan terjadi. Sekarang, apakah kau bersedia menjadi bagian dari kemajuan bangsa ini?

Dimanapun kau berada, apapun ilmu yang kau miliki dan apapun yang bisa kau lakukan. lakukanlah… mungkin hari ini itu hal yang kecil tapi jika kamu tetap bertahan melakukanya terus-menerus maka itu akan menjadi sesuatu yang besar.

Percayalah…

 

 


 

Perbaiki Niat Kuliahmu

Kuliah bukan hanya untuk memperoleh ilmu yang dapat diaplikasikan odalam dunia kerja, bukan pula sekedar memperoreh gelar sarjana. Akan tetapi kuliah adalah untuk membangun pola pikir sehingga kita dapat menjadi orang yang terdidik.

Pola pikir itulah perbedaan antara mereka yang pernah belajar diperkuliahan dengan yang tidak sama sekali. Walaupun kesuksesan yang mereka peroleh relative sama.

Orang-orang terdidik mereka adalah yang memiliki kemampuan baik hard skill maupun softskill yang tinggi sehingga mereka mampu bersaing dalam era persaing saat ini.

Orang-orang terdidik tidak hanya mengembangkan kemampuanya dalam ruang kampus saja tetapi mereka dengan ilmu yang mereka miliki mampu mereka kembangkan dalam kehidupan diluar kampus.

 

Siapa yang lebih keras, cerita Teknik vs Pertanian

Bentrokan kemarin (31/10) diareal kampus usu yang telah tersebar di berbagai media. Sebenarnya ini adalah kali kedua bentokan terjadi sejak saya beralmamater teknik USU. Akibatnya UTS kami didelay 2 hari. Sampai tadi malam pun masih banyak mahasiswa yang kumpul-kumpul diareal kampus hingga suasana masih terasa mencekam. Sebenarnya ini adalah hal yang memalukan baik bagi fakultas yang bertikai maupun bagi universitas sendiri. Kalian kaum intelektual guys, you’re engineer, you must be a problem solver not trouble maker. Kalian harusnya menjadi contoh bukan dikirain orang bodoh.

Saya gak akan bahas kronologinya, tapi ini layak menjadi renungan buat seluruh mahasiswa di Indonesia. jika senior kita terdahulu bersatu padu dan bertaruh nyawa rebut demokrasi yang ada sekarang apa? Saling baku hantam antar kalian sendiri kadang dalam satu universitas malah terkadang dalam satu fakultas berkelahi. Mau kalian bawa kemana bangsa ini, egoisme fakultas yang hanya rata-rata 4 tahun kalian miliki, apakah itu dapat membuat kalian berperang melawan saudara sendiri.

Di tangan kita tergenggam arah bangsa

Mau kemana arahnya saudaraku kalian bawa bangsa ini jika hari yang kalian fikirkan adalah cara menghancurkan saudara kalian sendiri. Jika harin ini kalian terus mengumandangkan dendam tak berkesudahan apakah kalian akan dapat berkerjasama setelah kalian mengambil bagian dalam masyarakat kelak.

Agent of change

Perubahan itu selalu mulai dan ditularkan oleh para pemuda, masi ingatkah kalian 4 hari yang lalu adalah hari sumpah pemuda, dimana 83 tahun yang lalu pemuda-pemuda Indonesia bersatu menghimpun diri dalam satu tujuan yaitu Indonesia dan kemari kalian mengobarkan api perang itu, api yang dapat menghanguskan integrasi bangsa.

Teknik bersatu

Solidaritas yang tinggi yang merancu pada egoism fakutas teknik usu. Tapi rasa kebanggaan itu bukanlah diwujudkan dengan perkelahian adu jotos, banyak hal positif untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik. Berpacu dalam prestasi, bukan adu otot tapi marilah adu otak…

 

Salam damai

Salam teknik