Orientasi studi dan pengenalan kampus (OSPEK) sejatinya adalah pra perkuliahan dimana seorang mahasiswa baru akan diberikan pengarahan mengenai informasi perkuliahan dan kampus. OSPEK memiliki peranan penting karena sistem pembelajaran di kampus dan di sekolah jauh berbeda. Inti dari OSPEK adalah pengenalan sistem perkuliahan, kegiatan praktikum yang akan dilalui, pengenalan berbagai fasilitas kampus, dan pengenalan berbagai kegiatan kemahasiswaan yang ada. Masa perkuliahan adalah saat dimana seorang calon intelektual disiapkan dan OSPEK merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses tersebut.
Orintasi studi atau orientasi siswa yang dulunya hanya terjadi di tingkat perguruan tinggi, kini sudah diterapkan pada level pendidikan dibawahnya, yaitu tingkat SMA dan tingkat SMP. Belakangan ini Orientasi siswa tengah menjadi suatu polemik nasional karena banyak sekali penyimpangan yang terjadi. Beberapa tindak penyimpangan yang terjadi diantaranya intimidasi, pelecehan, tawuran, kekerasan dan bahkan berujung pada kematian terjadi pada masa orientasi siswa atau yang saat ini disebut MOPD (Masa Orientasi Peserta Didik). Walaupun menuai banyak kritik dan polemik pada kenyataanya kegiatan ini terus berulang setiap tahunnya meskipun mendapat kecaman dari berbagai pihak.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sendiri sudah melarang praktek perpeloncoan ini melalui Permendikbud No. 55 Tahun 2014. Bahkan menteri Anies Baswedan telah mengeluarkan surat edaran No. 59389/MPK/PD/Tahun 2015 yang berisi larangan keras praktik yang menjurus perpeloncoan, pelecehan, dan kekerasan terhadap peserta didik baru, baik secara fisik maupun psikologi. Tak berhenti disitu saja mendikbud juga menyediakan laman pelaporan tindakan penyimpangan orientasi siswa bagi orang tua maupun peserta didik melalui website http://mopd.kemdikbud.go.id, atau menyampaikan langsung melalui dinas pendidikan setempat.
Segala bentuk penindasan yang dialami peserta didik mau tak mau harus diterima. dan kemudian penindasan ini menjadi budaya yang mewarnai dunia pendidikan. Budaya penyimpangan itu menghasilkan rantai dendam yang akan diteruskan turun-temurun. Sehingga wajar jika hari OSPEK menjadi sebuah budaya yang sudah mengakar kuat dalam pendidikan di Indonesia. Sebuah budaya yang dianggap sebagai jalan terbaik dalam menghasilkan mentalitas yang kuat, kekompakan, disiplin dan rasa solidaritas yang tinggi.
Sejatinya, nilai-nilai yang selalu di orasikan para senior kepada juniornya saat orientasi hanyalah sebuah kedok untuk melegalkan tindak penyimpangan. OSPEK adalah sebuah budaya yang gagal. Mental yang kuat tidak akan terbentuk dalam beberapa hari dan dengan penindasan. Penindasan hanya akan menghasilkan ketakukan dan melemahkan inisiatif seseorang. Sehingga tidak heran jika hari ini mahasiswa mulai kehilangan kekuatanya dalam mengkritisi aktif pemerintah serta menanggapi isu-isu sosial yang terjadi disekitarnya. OSPEK hanya menghasilkan orang-orang bermental pragmatis dan cenderung takut untuk berjuang apalagi memperjuangkan orang lain.
Kedisiplinan merupakan proses berkelanjutan yang diuji melalui waktu yang panjang. OSPEK hanya menghasilkan budaya “asal bapak senang”. Semua yang dilakukan hanya untuk memenuhi keinginan pimpinan saja.
Kehormatan terhadap senior tidak akan tercipta dari pelecehan yang dilakukan oknum senior. Sebaliknya para junior hanya akan takut pada senior. Dampak negatifnya adalah jika senior sudah tidak memiliki kekuasanya atau kelemahanya terlihat oleh junior, senior tersebut tidak akan di hargai lagi oleh juniornya. Bagi junior sendiri rasa takut akan menyebabkan seseorang kehilangan kepercayaan diri, bahkan untuk menyampaikan kebenaran. Maka jangan heran jika dalam dunia kerja para sarjana yang dihasilkan dari sistem pendidikan kita tidak akan berani untuk mengungkap kecurangan di lembaga tempatnya bekerja. Hal ini karena budaya takut terhadap orang yang lebih senior sudah ditanamkan.
Kekompakan dan solidaritas tidak akan dihasilkan oleh proses yang singkat. Namun kebersamaan yang terjalin secara intens seiring waktu yang akan menumbuhkan kekompakan dan kebersamaan.
Lalu, model manusia seperti apakah yang hendak dihasilkan oleh perguruan tinggi jika masa perkenalan kuliah saja sudah dihadapkan dengan kondisi seperti ini. Apakah pembodohan yang terjadi akan mampu menghasilkan para intelektual berkualitas.
Belakangan ini terjadi beberapa kasus bunuh diri yang terjadi di kalangan mahasiswa. Tindak bunuh diri ini membuktikan betapa rendahnya mental mahasiswa hari ini yang tidak mampu bertahan dengan tekanan hidup selain itu, ini juga membuktikan miskinya kepedulian diantara mahasiswa sehingga tidak menyadari teman atau orang disekitarnya sedang dirundung masalah yang berat. Dan dalam kasus ini dipastikan para oknum OSPEK akan buang badan merasa mentalitas dan solidaritas mahasiswa yang lantang mereka suarakan dulu, bukan tanggung jawabnya.
Praktik OSPEK yang umumnya dilakukan bertujuan untuk membentuk mental siswa, menciptakan displin diri, dan membangun kekompakan serta semangat solidaritas. Ini merupakan nilai-nilai penting terutama saat ini dimana individualisme sedang menjangkiti pemuda di Indonesia. Solidaritas penting dalam menipiskan kesenjangan antara siswa dari kalangan kaya dengan siswa dari kalangan kurang mampu. Kedisiplinan penting dalam mendukung era yang semakin kompetitif saat ini.
Apakah penyimpangan dalam OSPEK bisa dihentikan?
Meskipun banyak penyimpangan yang terjadi OSPEK sangat sulit untuk dihilangkang, karena banyak hal yang sejatinya dipelajari seorang mahasiswa baru saat kegiatan tersebut. Pada level sekolah, MOS dapat diatasi dengan mengambil alih penyelenggaraan MOS kepada para guru. Namun pada level kampus dosen tidak akan bisa mengambil alih penyelenggaraan OSPEK. Di kampus senior punya andil lebih besar terhadap juniornya, karena para seniorlah yang menjadi asisten mereka dalam penyelenggarakan kegiatan praktikum juniornya.
Dalam budaya yang sudah mengakar ini senior yang lebih tua juga punya andil dalam mempertahankan sistem yang sudah ada. Dan yang paling penting adalah rendahnya pemantauan dosen dan tidak ada kontrol model bimbingan konseling seperti di sekolah. Sehingga meskipun pemerintah mencoba mengatur OSPEK sedemikian rupa selalu ada celah bagi oknum mahasiswa untuk melalukan kegiatan semacam OSPEK bahkan di luar masa OSPEK itu sendiri. Mungkin kebanyakan orang di luar lingkungan mahasiswa tidak banyak yang tahu, akan tetapi tindakan OSPEK liar ini acap kali terjadi di berbagai kampus di Indonesia dan merupakan sebuah sistem yang berkelanjutan setiap tahunnya.
Jalan terbaik memutus mata rantai OSPEK menyimpang ini adalah menumbuhkan kesadaran di kalangan mahasiswa itu sendiri. Kesadaran bahwa tidak pelecehan, kekerasan dan deskriminasi sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman, kesadaran bahwa kemajauan dan rasa solidaritas dapat diwujudkan dengan rantai kasih-sayang. Pada akhirnya selepas masa OSPEK, seorang mahasiswa harus mampu berdiri tegap penuh kebanggan sebagai salah satu putra-putri terbaik yang dimiliki bangsa ini.